Pages

Teknologi Reproduksi Pada Tumbuhan



Teknologi reproduksi pada tumbuhan merupakan upaya manusia untuk mengatasi masalah-masalah dalam perkembangbiakan tumbuhan seperti cuaca yang tak menentu, kelangkaan air, permintaan masyarakat yang semakin tinggi, dan sebagainya.
Berikut adalah macam-macam teknologi reproduksi pada tumbuhan


Hidroponik




Hidroponik adalah cara menanam tumbuhan tanpa menggunakan tanah, dengan menggunakan larutan nutrisi dan mineral dalam air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan menyerap nutrisi dalam bentuk ion-ion yang terlarut dalam air.

Tanaman darat khususnya sayuran seperti paprika, tomat, mentimun, melon, selada, dan terong; dapat ditumbuhkan secara langsung dalam wadah yang berisi nutrisi. Bisa juga dengan menambah medium yang tak larut dalam air; misalnya sekam, arang, kerikil, spons, serbuk kayu, dan lain sebagainya.


Vertikultur




Vertikultur adalah teknik budidaya dengan cara membuat instalasi secara bertingkat (vertikal) maupun dengan cara menggantung tanaman. Tujuan budidaya dengan metode ini adalah untuk meningkatkan jumlah tanaman.

Teknik budidaya ini sangat cocok diterapkan untuk daerah perkotaan dengan lahan terbatas. Dengan lahan yang terbatas bisa menghasilkan tanaman berlimpah.


Kultur jaringan tumbuhan




Kultur jaringan adalah metode perbanyakan tumbuhan dengan cara mengambil suatu bagian dari tanaman. Bagian tanaman ini bisa berupa sel atau sekelompok sel, jaringan, atau organ.

Bagian tanaman yang telah diambil ini kemudian ditumbuhkan dalam kondisi steril pada media yang mengandung nutrisi dan zat pengatur tumbuh (hormon). Bagian tanaman ini kemudian dapat memperbanyak diri dan berkembang menjadi tanaman yang memiliki organ yang lengkap yaitu akar, batang, dan daun.

Semua jenis tumbuhan dapat  dikembangbiakkan menggunakan metode kultur jaringan ini, namun diperlukan perlakuan khusus agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.



Salah satu tanaman yang dikembangbiakkan dengan metode kultur jaringan adalah bunga anggrek.

Ukuran biji anggrek sangatlah kecil, hampir-hampir menyerupai tepung. Kecilnya ukuran ini menyebabkan jumlah cadangan makanan di dalam biji sangat sedikit, sehingga sangat sulit bagi biji anggrek untuk tumbuh.

Biji anggrek sendiri dapat tumbuh jika berada dalam kondisi lingkungan yang cukup lembab, serta dibantu jenis jamur tertentu yang dikenal dengan mikoriza.

Rendahnya daya tumbuh biji anggrek inilah penyebab anggrek menjadi tanaman yang cukup langka. Karena itu digunakan metode kultur jaringan.

Jaringan yang diambil adalah tunas atau biji anggrek. Setelah tunas atau biji ini diambil, kemudian ditanam pada medium agar yang berisi nutrisi dan zat pengatur tumbuh. Setelah proses penanaman, biji anggrek akan mengalami tahap pertumbuhan akar. Tumbuhnya akar menunjukkan bahwa proses kultur jaringan sudah dilakukan dengan tepat.

Selanjutnya dilakukan planlet. Planlet adalah penjarangan terhadap biji yang telah mengalami pengakaran. Planlet akan tumbuh menjadi anggrek dengan struktur organ yang lengkap; yaitu akar, batang, dan daun.

Jika telah memiliki struktur yang lengkap, tanaman anggrek dapat dikeluarkan dari botol kultur dan ditanam pada media dalam pot, tetapi masih harus ditanam pada ruangan. Proses ini dikenal sebagai proses aklimatisasi. Proses aklimatisasi ini bertujuan agar tanaman anggrek yang baru dapat mengenali kondisi luar botol.

Jika tanaman anggrek tumbuh dan menghasilkan tunas yang baru dalam proses aklimatisasi dan akarnya sudah tumbuh kuat, maka tanaman anggrek siap dipindahkan ke media tanam yang baru dan dapat ditanam di luar ruangan.

No comments:

Post a Comment