google analitic

Script Google Adsense

Aplikasi Teknologi Ramah Lingkungan Di Bidang Transportasi



Transportasi merupakan salah satu bidang yang memakan banyak bahan bakar fosil. Karena itu ilmuwan berusaha mengembangkan mobil dengan bahan bakar alternatif selain bahan bakar fosil. Saat ini sumber bahan bakar selain minyak yang tengah dikembangkan untuk transportasi adalah mobil listrik, mobil hidrogen, dan mobil tenaga surya.

Mobil Hidrogen



Kendaraan hidrogen adalah kendaraan yang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya. Di dalam kendaraan ini terpasang alat yang mampu mengubah energi kimia dari hidrogen menjadi energi mekanik, dengan cara membakar hidrogen dalam mesin pembakaran internal atau dengan mereaksikan hidrogen dengan oksigen dalam  fuel cell untuk menggerakkan motor listrik.

Kendaraan berbahan bakar hidrogen mulai dikembangkan oleh Amory Lovin, seorang fisikawan asal Amerika Serikat. Bersama mahasiswanya, ia mendesain mobil yang sangat ringan, aman, dan menggunakan bahan bakar hidrogen.

Mobil berbahan bakar hidrogen yang telah dikembangkan oleh pabrikan otomotif antara Chevrolet Equinox Fuel Cell, Honda FX Clarity, Hyundai ix35 Fuel Cell, dan Mercedes-Benz B Class F-Cell. Kendaraan ini mampu melaju hingga kecepatan 450 km/jam.

Selain mobil, di Cina juga telah dikembangkan sepeda, motor, dan skuter hidrogen. Saat ini perusahaan pesawat terbang seperti Boeing, Lange Aviation, dan German Aerospace Center juga telah mengembangkan pesawat berbahan bakar hidrogen.

Mobil Tenaga Surya 


Tindo Solar Battery-Charged Bus

Mobil surya adalah mobil yang energi utamanya berasal dari sinar matahari. Salah satu contoh mobil surya adalah bus surya. Bus surya memanfaatkan sinar matahari untuk memberikan energi pada alat-alat listrik dalam bus, juga sebagai sumber energi yang digunakan sebagai penggerak pada mesin bus.

Bus surya yang ada saat ini menggunakan baterai sebagai tempat penyimpanan listrik yang diperoleh dari cahaya matahari atau sumber yang lain, misalnya energi kinetik dari pengereman bus.

Pengembangan bus surya ini sejalan dengan berkembangnya teknologi panel surya atau photovoltaic cell. Pada bus surya ini terdapat panel surya yang terpasang pada atap bus yang dapat mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik.

Negara yang pertama kali menerapkan bus surya adalah Australia, yaitu di kota Adelaide. Bus surya ini dikenal dengan nama Tindo Solar Battery-Charged Bus (Tindo berarti matahari dalam bahada setempat) dan beroperasi semenjak tahun 2007. Bus ini 100% menggunakan energi matahari, dilengkapi dengan pendingin ruangan, dan berkapasitas 40 orang. Bus ini tidak memiliki panel surya pada atapnya, namun bus ini mendapatkan energi listrik dari stasiun bus pusat di Adelaide yang menggunakan matahari sebagai sumber energinya.

Negara Cina juga telah mengembangkan bus surya yang diterapkan di kota Qiqihar, dan mulai beroperasi pada bulan Juli 2012, mampu membawa 100 orang. Bus ini menggunakan baterai litium-ion (Li-Ion) yang dapat diisi ulang menggunakan panel surya yang dipasang pada atap bus.

Di Indonesia sudah dikembangkan mobil tenaga surya oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sejak tahun 2013 dan sudah meraih banyak kejuaraan dunia di antaranya di Jepang dan Australia.

Mobil Listrik


Mobil listrik hasil karya arek ITS

Mobil listrik adalah mobil yang didorong oleh satu atau lebih motor listrik, menggunakan energi listrik yang disimpan dalam baterai atau alat penyimpanan energi yang lain. Motor elektrik ini mampu memberikan tenaga putaran dengan cepat dan memberikan akselerasi yang kuat namun halus.

Mobil listrik pertama kali dibuat pada tahun 1884 oleh seorang berkebangsaan Inggris, Thomas Parker. Mobil listrik baru berkembang pesat pada tahun 2008, semenjak ditemukannya teknologi pengaturan tenaga baterai.

Pabrikan otomotif terkenal yang memproduksi mobil listrik adalah Tesla.

Mobil listrik tidak menghasilkan polusi udara. Namun jika sumber energi listrik berasal dari pembangkit dari bahan bakar fosil, maka sama juga menghasilkan polusi. Penggunaan teknologi ini secara besar-besaran masih terkendala beberapa hambatan, antara lain: masih tingginya biaya produksi, minimnya infrastruktur isi ulang bahan bakar listrik, dan masih takutnya masyarakat akan kehabisan listrik sebelum sampai di tujuan.

Di Indonesia sendiri, mobil listrik juga dikembangkan terutama oleh kalangan perguruan tinggi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mengembangkan prototipe mobil listrik yang berkapasitas empat orang. Riset mobil ini dilakukan sejak 2012.



No comments:

Post a Comment