Biopori atau Teknologi Lubang Resapan (TLR)
Biopori adalah teknik untuk membuat wilayah resapan air hujan. Prinsipnya sama dengan sumur resapan, hanya saja biopori diterapkan dengan menyediakan area yang dibuat berlubang-lubang kecil (berpori). Lubang-lubang kecil ini nantinya akan menyerap air hujan dan kemudian disalurkan ke dalam tempat penampungan air.
Adanya biopori ini selain bisa mencegah atau mengurangi dampak banjir di musim hujan, juga dapat menjamin ketersediaan air pada musim kemarau. Selain itu biopori juga dapat diandalkan untuk mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh adanya genangan air, seperti demam berdarah, malaria, dan kaki gajah. Kesuburan dan kelestarian organisme tanah juga dapat terjaga dengan teknologi ini.
Lubang-lubang resapan air ini sekaligus juga dapat dimanfaatkan untuk membuat kompos, yakni dengan memberikan sampah organik seperti dedaunan atau sisa makanan.
Fitoremediasi
Fitoremediasi merupakan penggunaan tumbuhan untuk mengatasi pencemar organik maupun anorganik. Mengatasi dalam hal ini bisa berarti menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar. Melalui fitoremediasi ini berbagai macam polutan seperti logam berat, pestisida, minyak, dan zat lain yang mengotori tanah, air, atau udara dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Fitoremediasi baru berkembang pada awal tahun 1990 setelah suksesnya pengaplikasiannya di Chernobyl, Uni Soviet (sekarang bagian dari Ukraina). Tumbuhan bunga matahari dimanfaatkan untuk memperbaiki daerah tercemar oleh zat radioaktif sesium (Cs), stronsium (Sr), dan uranium (U), akibat ledakan reaktor nuklir.
Fitoremediasi adalah salah satu bentuk bioremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan makhluk hidup untuk memperbaiki lingkungan yang rusak.
1. Biaya operasional rendah,
2. Mudah diaplikasikan,
3. Aman digunakan,
4. Tanah bisa menjadi lebih subur,
5. Membuat kualitas lingkungan menjadi lebih baik.
Contoh tumbuhan yang dapat digunakan dalam fitoremediasi adalah eceng gondok gondok, padi, tembakau, dan lidah mertua.
Toilet Pengompos (Composting Toilet)
Composting toilet adalah toilet kering yang menggunakan proses secara aerob untuk menghancurkan atau mendekomposisi feses yang dihasilkan manusia. Toilet ini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti toilet air pada umumnya. Toilet pengompos ini biasanya ditambah dengan campuran antara serbuk gergaji, sabut kelapa, atau lumut tertentu. Tujuan pencampuran ini adalah untuk membantu proses aerob, menyerap air, dan mengurangi bau.
Proses dekomposisi dengan cara demikian umumnya lebih cepat daripada proses dekomposisi secara anaerob yang digunakan pada septic tank
Teknologi Pemurnian Air (Water Purification)
Pemurnian air adalah suatu proses penghilangan zat-zat kimia, kontaminan biologis, partikel-partikel padat, dan gas-gas dari air yang terkontaminasi atau kotor. Tujuan pemurnian air ini adalah untuk menghasilkan air yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu.
Proses pemurnian air adalah merupakan gabungan proses fisika, kimia, dan biologi. Secara fisika, pada proses pemurnian air ada filtrasi (penyaringan), sedimentasi (pengendapan), dan destilasi (penyulingan). Secara biologi dengan adanya pemberian karbon aktif. Secara kimia, dengan pemberian zat klorin (Cl2) atau penyinaran dengan sinar ultraviolet (UV). Karbon aktif, klorin, dan sinar ultraviolet berperan sebagai pembunuh kuman yang ada dalam air.
Teknologi pemurnian air bisa dibedakan menjadi teknologi pemurnian air sederhana dan teknologi osmosis balik.
Teknologi Pemurnian Air Sederhana
Teknologi pemurnian air sederhana |
Pada penjernihan air ini dilakukan proses penyaringan kotoran padat yang larut dalam air dengan pasir, kerikil, dan ijuk atau sabut kelapa. Air yang tersaring kotorannya akan melewati karbon aktif (arang) yang dapat mengurangi kuman-kuman dalam air. Air kotor dapat dituangkan ke dalam tabung melalui bagian atas tabung, selanjutnya air mengalir pada bagian bawah tabung karena adanya gaya gravitasi atau dibantu dengan tekanan dari luar.
Air akan mengalami proses penyaringan selama mengalir ke bagian bawah tabung, sehingga pada bagian bawah dapat diperoleh air bersih.
Teknologi Osmosis Balik (reverse osmosis)
Teknologi pemurnian air reverse osmosis |
Osmosis balik adalah teknologi pemurnian air yang menggunakan prinsip tekanan untuk mengatasi tekanan osmotik yang terjadi secara alami. Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip osmosis.
Pada gambar di atas terdapat sebuah tabung yang berisi larutan garam dan diberi pemisah membran semipermeable. Membran semipermeable adalah suatu membran yang hanya dapat dilewati oleh molekul tertentu, tetapi tidak dapat dilalui oleh zat lainnya. Air adalah salah satu zat yang dapat melalui membran semipermeable.
Pada proses osmosis, pelarut (misalnya air) secara alami akan berpindah dari daerah yang memiliki konsentrasi zat terlarut (misalnya garam) rendah (encer) menuju daerah yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi (pekat), melalui suatu membran. Pergerakan alami pelarut ini terjadi agar konsentrasi zat terlarut pada kedua sisi bagian membran sama.
Sebaliknya, pada osmosis balik (reverse osmosis), pelarut seperti air justru bergerak dari larutan yang pekat ke larutan yang encer. Hal ini bisa terjadi karena adanya tekanan dari luar sehingga dapat membalik aliran alami.
Adanya tekanan dari luar akan menyebabkan air dari larutan yang pekat mengalir ke arah larutan encer. Sehingga dapat dihasilkan air yang tidak mengandung garam.
Teknologi osmosis balik ini diterapkan dalam pembuatan air minum dari air laut, yakni dengan menghilangkan garam dan zat-zat lain yang tercampur dengan molekul air.
No comments:
Post a Comment