google analitic

Script Google Adsense

Definisi Majas dan Contoh-Contoh Majas



Majas adalah gaya bahasa untuk menyampaikan sesuatu yang melewati batas maknanya, untuk membuat suatu kalimat lebih berwarna dan lebih indah. Kita seringkali menggunakannya, bahkan mungkin tanpa menyadarinya bahwa kata yang kita gunakan itu adalah sebuah majas.

Misalnya saja, saat kamu menerima tamu dan mempersilakan mereka makan, mungkin ibumu akan berkata begini, "Silakan makan seadanya, ndak ada apa-apa ini", padahal makanan di meja makan berlimpah. Ini juga salah satu bentuk majas


Majas disebut juga bahasa berkias, dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu saat kita menggunakannya. Majas disebut juga gaya bahasa sebab majas termasuk bagian dari gaya bahasa. Karya sastra akan terasa kering tanpa adanya majas.

Secara umum majas dibedakan menjadi empat kelompok. Namun, di bawah ini diberikan beberapa contoh untuk setiap kelompoknya.

Majas Perbandingan


1. Personifikasi

Personifikasi yaitu majas penginsanan yang meletakkan sifat-sifat manusia/insan kepada benda yang tidak bernyawa.

Contoh:
  • Mobil tua itu menjerit- jerit di tikungan yang menanjak tajam.
  • Truk pengangkut barang itu berjalan terseok-seok melewati jalanan beraspal yang panas.

2. Metafora

Metafora yaitu majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau tingkatan lain. Cara membandingkan satu hal dengan hal lain tidak menggunakan kata penanda perbandingan; seperti, bagaikan, laksana.

Contoh:
  • Raja siang telah bangun dari peraduannya. (matahari)
  • Setelah kekasih hatinya meninggal, ia pun menjadi tulang punggung keluarga.
  • "Mana Si Kutu Buku itu? Kangen aku dengannya."

3. Litotes

Litotes adalah majas yang di dalam ungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif yang tujuannya untuk merendahkan hati.

Contoh:
  • Datanglah ke gubuk orang tuaku.
  • Hanya hidangan tak enak ini yang bisa kami persembahkan untuk Paduka Yang Mulia

4. Eufemisme

Eufemisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar atau tidak pantas, yang dirasa akan merugikan atau tidak menyenangkan hati lawan bicara

Contoh:
  • Rupanya anak ibu sudah berubah akal. (gila)
  • "Bisakah saya memakai kamar kecilnya?" (kamar kecil dirasakan lebih sopan daripada tempat kencing)

5. Metonimia

Metonimia adalah majas yang mengemukakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.

Contoh:
  • Ayahku ke Bali naik Garuda. (Garuda = pesawat terbang)
  • "Salahmu sendiri terlalu banyak Nutrisari, batuk akhirnya."

6. Antonomasia

Antonomasia adalah majas dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang sesuai dengan sifat orang tersebut.

Contoh:
  • Si botak itu masih berkeliaran di Pasar Minggu.
  • Mana Si Gendut? Lama tak jumpa.

7. Sinekdoke

Sinekdoke adalah majas yang menghubungkan keseluruhan-sebagian. Ada dua majas sinekdoke, yaitu:

Pars pro toto: menyebutkan nama bagian untuk mewakili seluruhnya.

Contoh: "Sudah lama aku tak melihat batang hidungnya sejak Piala Dunia lalu"

Totem pro parte, sebaliknya majas ini menggambarkan keseluruhan padahal hanya mewakili sebagian saja. Kita sering menggunakan majas ini.

Contoh:
  • Akhirnya Jerman pulang juga dengan membawa rasa malu. (Timnas sepakbola Jerman)

8. Asosiasi (Simile)

Asosiasi (simile) yaitu perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan, namun sengaja dianggap sama. Majas simile merupakan majas perbandingan tak langsung dengan menggunakan kata bagaikan, laksana, seperti, ibarat.

Contoh:
  • Wajahnya bagaikan bulan purnama.
  • Kedua gadis itu wajahnya bagaikan pinang dibelah dua.

9. Hiperbola

Hiperbola adalah majas yang digunakan jika orang ingin melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara berlebih-lebihan.

Contoh:
  • Hatinya terbakar melihat gadis pujaannya digandeng pria lain.
  • Gedung-gedung pencakar langit memenuhi kota Jakarta.

Majas Pertentangan


1. Antitesis

Antitesis yaitu majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan paduan kata berlawanan arti.

2. Litotes

Litotes yaitu majas untuk mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya bertentangan dengan kenyataan yang ada. Tujuan penggunaan litotes untuk menunjukkan sikap rendah hati dan tidak sombong.

Contoh: Sewaktu mereka ke Jepang, mereka sempat singgah ke gubuk kami. (Padahal rumah besar dan bagus)

3. Paradoks

Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan yang hanya kelihatan pada arti kata yang berlawanan, padahal maksud sesungguhnya tidak, karena objeknya berlainan.

Contoh: Di tengah keramaian pasar malam, ia merasa sepi tanpa kehadiran ayahnya.

4. Klimaks

Klimaks adalah majas berupa susunan ungkapan yang awalnya sederhana semakin lama semakin kompleks atau penting.

Contoh: Sejak ia bayi, remaja, hingga menikah, boneka beruang itu tak pernah lepas dari tangannya.

5. Antiklimaks

Antiklimaks adalah majas yang bertentangan dengan klimaks. Pada antiklimaks susunan katanya justru turun dari kompleks/penting menjadi lebih sederhana.

Contoh: Dari pejabat tinggi, menengah, sampai rendah turut merasakan keprihatinan itu.

Majas Penegasan


1. Pleonasme

Pleonasme yaitu majas penegasan yang menggunakan sebuah kata yang makna sebenarnya sudah terkandung dalam kata sebelumnya.

Contoh: Saya melihat dengan mata kepala sendiri ia membubuhkan garam ke kopi bosnya yang jahat itu.

2. Repetisi

Repetisi yaitu majas penegasan yang melukiskan sesuatu perulangan kata atau beberapa kata pada beberapa kalimat.

Contoh: Cinta adalah keindahan. Cinta adalah kebahagiaan. Cinta adalah pengorbanan.

3. Tautologi

Tautologi adalah majas yang mengulang kata yang serupa maknanya beberapa kali dalam sebuah kalimat.

Contoh: Maukah kamu menemaniku dalam suka dan duka, tawa dan tangis, bahagia dan nestapa?

4. Paralelisme

Paralelisme yaitu majas penegasan seperti repetisi, tetapi biasa digunakan dalam puisi. Jika paralel di awal disebut anafora, paralel akhir disebut epifora.

Contoh:
Anafora Epifora
Cinta tak pernah dusta Kami jemu pada lagu
Cinta tak kenal rupa Kamu benci pada lagu
Cinta tak pernah hampa Semua runtuh karena lagu


Majas Sindiran


1. Ironi

Ironi adalah majas sindiran halus. Kata yang digunakan dalam majas ironi mempunyai makna bertentangan dengan maksud sesungguhnya, misalnya mengemukakan ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan atau ketidaksesuaian antara suasana yang ditengahkan dan kenyataan yang mendasarinya.

Contoh: Merdu sekali suaramu seperti kucing sedang kawin.

2. Sinisme

Sinisme adalah majas sindiran sedang, kata yang digunakan seperti ironi, tetapi lebih kasar.

Contoh: Katanya pintar, tapi soal begini saja kau tak bisa menyelesaikannya?

3. Sarkasme

Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar dengan menggunakan kata-kata yang dianggap tidak sopan.

Contoh: Ingin muntah rasanya aku melihat mukamu.

No comments:

Post a Comment