Pages

Kaidah Penggunaan Huruf Miring


Kamu tentu tidak asing dengan teks yang di dalamnya terdapat kata atau kalimat dengan huruf miring. Tetapi bagaimana sebenarnya kaidah penggunaan huruf miring yang tepat? Karena jika tidak hati-hati menggunakannya, otak kamu bisa miring... bercanda, tentu saja.

Berikut adalah kaidah penggunaan huruf miring.
  1. Untuk menuliskan sumber referensi yang dikutip dalam tulisan, termasuk pula dalam daftar pustaka.

    Sumber referensi ini bisa berupa judul buku, majalah, surat kabar, atau portal web.

    Contoh:
    1. Saya belum selesai membaca buku Slilit Sang Kiai sejak membelinya bulan lalu saat berlangsungnya BangbangWetan.
    2. Menurut laman detik.com beberapa waktu lalu, banjir itu sudah merambah tiga kecamatan di Lamongan.
    3. Buku berjudul Detektif Licik karangan Enny Arrow belum juga dikembalikan oleh teman saya
  2. Untuk mengkhususkan atau menegaskan huruf atau kata dalam kalimat. Atau bisa juga bagian kata dan kelompok kata.

    Contoh:
    1. Huruf terakhir kata durian adalah n
    2. Dia tidak dilamar, tetapi justru melamar lelaki pujaannya.
    3. Maiyah tidak punya agenda politik di tahun 2019 ini, sama seperti pemilu-pemilu sebelumnya.
    4. Buatlah sebuah kalimat dengan menggunakan kata besar kepala.
  3. Untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.

    Contoh:
    1. Kata tuman berasal dari bahasa Jawa.
    2. Frank Lampard dulunya adalah midfielder legendaris Chelsea.
    3. Tak usah terburu-buru mengejar dunia, urip mung mampir ngombe.

      Catatan:
      Walaupun dalam bahasa asing atau bahasa daerah, nama-nama lembaga, universitas, organisasi, tidak ditulis dengan huruf miring.

      Contoh:
      Oxford University mengirim e-mail kepada saya, isinya tentang beasiswa yang saya peroleh. Aneh, padahal saya tidak melamar ke sana.

No comments:

Post a Comment