google analitic

Script Google Adsense

Mengenal Sumber-Sumber Energi Alternatif Terbarukan



Di Indonesia saat ini, mayoritas energi listrik berasal dari pembangkit listrik yang memanfaatkan pembakaran batubara. Sebagaimana kita ketahui, batubara merupakan bahan bakar fosil yang suatu saat akan habis digunakan. Jika batubara ini sudah habis digunakan, atau terlampau mahal untuk digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik, sumber daya apalagi yang bisa dipergunakan?

Jawabannya adalah, banyak. Banyak sumber energi alternatif terbarukan yang tersedia di alam. Di antaranya adalah angin, air, serta matahari. Sumber-sumber energi ini tersedia melimpah dan tak habis dipergunakan.

Energi Matahari


Energi matahari adalah sumber energi terbesar sekaligus paling besar ketersediaannya. Energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan panel surya. Akan tetapi pada saat cuaca mendung, energi listrik yang diperoleh tidak dapat dihasilkan secara maksimal. Untuk itu energi yang diperoleh saat matahari bersinar terang akan disimpan dalam baterai agar dapat digunakan saat cuaca mendung atau pada malam hari.

Penggunaan energi surya di Indonesia diterapkan dalam dua macam teknologi, yaitu teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik. Energi surya termal digunakan untuk memasak (menggunakan kompor surya), mengeringkan hasil pertanian, dan memanaskan air. Energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga dengan kapasitas total ± 6 MW.

Energi Angin (Kincir Angin)



Angin adalah juga salah satu contoh sumber energi listrik alternatif. Dengan menggunakan kincir angin, energi gerak yang dihasilkan oleh gerakan angin terhadap kincir, diubah oleh generator menjadi energi listrik. Berbeda dengan bahan bakar fosil (batubara, gas, dan minyak bumi), kincir angin tidak menyebabkan polusi bagi lingkungan, sehingga dipercayai ramah terhadap lingkungan.

Namun demikian, ada dampak lain yang tak terduga, yaitu menurunnya populasi burung. Baling-baling kincir angin yang tinggi dan berukuran sangat besar ternyata telah menyita habitat burung. Hasil ini didapat dari penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980.

Perlu diketahui bahwa Amerika Serikat sudah mulai menggunakan kincir angin sebagai sumber energi listrik utamanya sejak tahun 1930. Di daerah California, saat ini sudah ada 13.000 kincir angin yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik hingga 1,5 – 4 juta kWh setiap tahunnya. Namun, ketika tidak ada angin yang berhembus maka tidak akan ada energi listrik yang dihasilkan, sehingga masih diperlukan sejumlah batubara, gas, atau minyak bumi untuk memenuhi energi listrik pada saat tersebut.

Sementara itu Indonesia telah membangun beberapa unit kincir angin dengan kapasitas masing-masing 80 KW di Yogyakarta dan menargetkan pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Baru (PLTB) yang mampu menghasilkan 250 MW pada tahun 2025.

Pembangkit tenaga angin sendiri bukannya tanpa kendala. Ada beberapa hal yang perlu dipikirkan ketika membangun pembangkit listrik tenaga angin di suatu daerah di antaranya adalah keberadaan angin yang harus cukup besar dan stabil.

Daerah padat penduduk lebih banyak membutuhkan pasokan listrik, sedangkan pembangkit listrik tenaga angin harus dibangun di tempat yang jarang penduduknya. Oleh karena itu, pendistribusian listrik yang dihasilkan tidaklah mudah dan murah.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan di negara kita sehingga belum ada pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun dalam skala besar.

Energi Air (Hydropower)


Air yang mengalir dari hulu ke hilir, terutama pada sungai-sungai yang arusnya deras, dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Arus air sungai tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin yang terhubung pada generator sehingga menghasilkan energi listrik.

Banyaknya jumlah sungai dan danau air tawar membuat Indonesia membangun banyak PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) di berbagai wilayah. Potensi tenaga air di seluruh Indonesia diperkirakan sebesar 75 ribu megawatt, tetapi yang dimanfaatkan masih 100 megawatt dengan jumlah pabrik sekitar 800.

Salah satu contoh PLTA yang ada yaitu PLTA Karangkates yang ada di Kabupaten Malang.

Mikrohidro



Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik dengan skala kecil yang memanfaatkan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya, seperti saluran irigasi, sungai, atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi air terjun serta jumlah debit air.

Berbeda dengan PLTA, PLTMH cukup menggunakan aliran air kecil saja. Misalnya saja dengan ketinggian 2,5 meter hanya dapat menghasilkan listrik sebesar 400 watt. Kecilnya energi yang dihasilkan dibandingkan dengan PLTA, berdampak pada relatif sederhananya peralatan serta kecilnya areal yang diperlukan guna instalasi dan pengoperasiannya.

Keunggulan penggunaan PLTMH antara lain:
  1. Dibandingkan dengan pembangkit listrik jenis yang lain, PLTMH cukup murah karena menggunakan energi alam.
  2. Konstruksinya sederhana serta dapat dioperasikan di daerah terpencil
  3. Tidak menimbulkan pencemaran
  4. Dapat dipadukan dengan program lain seperti irigasi dan perikanan
  5. Dapat mendorong masyarakat agar dapat menjaga kelestarian hutan sehingga ketersediaan terjamin.

Bioenergi



Bioenergi adalah energi yang diperoleh dari biomassa. Biomassa adalah bahan organik yang berasal dari makhluk hidup, baik dari tumbuhan maupun dari hewan. Limbah dari budidaya pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, maupun perikanan juga dapat digunakan sebagai sumber bioenergi.

Energi yang diperoleh dari biomassa ini dapat diubah menjadi energi listrik dengan cara mengolah biomassa menjadi bahan bakar nabati (bahan bakar yang berasal dari minyak nabati), misalnya etanol atau biodiesel.

Selanjutnya bahan bakar nabati ini dapat dipergunakan sebagai bahan bakar generator atau diesel untuk menghasilkan listrik.



No comments:

Post a Comment